Feeds:
Posts
Comments

Posts Tagged ‘culture’

Tour de Temple: Kraton Ratu Boko

 

kraton ratu boko

Aku ‘n Menul berkesempatan dolan ke Kraton Ratu Boko pada tahun 2005, tepatnya tanggal…. (eh lupa neh, ntar dech diliat dulu). Udah lama sich, tapi baru sempet ditulis sekarang. Kalo ngga salah, sebelum ke Kraton Ratu Boko ini kami sempat mampir ke Candi Kalasan (ini juga lom sempat ditulis) ‘n ke Candi Sambisari, so… nyampe di Kraton Ratu Boko (selanjutnya disingkat KRB -Red-) dah siang hari bolong gitu. Mana jalan dari loket pembelian tiket ke kompleks KRB lumayan jauh ‘n hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki ‘coz berupa undak-undakan (step-step tangga) yang walaupun ngga curam but cukup bikin cape’. Ma’kanya lebih baik bawa bekal, biar kalo cape’ bisa istirahat dulu sambil makan/minum + menikmati pemandangan. Sekilas info, kompleks KRB ini berdiri di atas sebuah bukit. ‘n lagi-lagi sekilas info, HTM-nya (Harga Tiket Masuk) kalo belom naik sich.. Rp. 7.000,-/orang. Lebih mahal neh dibandingin HTM ke Candi Sambisari yang cuma Rp. 500,-/orang!!

Eh lanjut lagi yach… pertama memasuki kompleks KRB disambut oleh gapura yang megah. Menurutku bangunan inilah daya tariknya, soalnya bangunan-bangunan yang lain kurang dapat dinikmati keindahannya karena bentuk fisiknya kurang mendukung atawa tidak mencerminkan/memberikan gambaran yang sebenarnya (cuma berupa reruntuhan sich!). But it’s OK, dengan lingkungan alam yang boleh dibilang masih jauh dari jangkauan polusi, setidaknya dengan jalan-jalan ke kompleks KRB ini bisa bikin kita lebih fresh. Lagian, disini kita bisa melatih daya imajinasi kita lohh…! Coba aja liat ke puing-puing or bekas-bekas Keputren ‘n bayangkanlah di situ benar-benar ada Keputren dengan putri-putri yang cuantik-cuantikk, Woww!! Atau tengoklah bagian Pendapa ‘n lagi-lagi bayangkanlah… hehehe. Pokoknya bayangkan… bayangkan… ‘n bayangkan! (kek lagunya Padi ajah)

Oiya, ni ada sedikit info tentang KRB yang aku dapat dari buku “Sejarah Kraton Ratu Boko” by Drs. R.M. NG. Darto Soetrisno. Check it out…! hehehe… KRB terletak kurang lebih 3 km ke arah Selatan dari Percandian Prambanan. Berdiri di atas Bukit Kidul yang merupakan kelanjutan dari Pegunungan Seribu. Perbukitan ini mempunyai ketinggian 199,97 m dpl. Luas situs sekitar 169.898 meter persegi yang terletak di wilayah 2 desa, yaitu Desa Dawung ‘n Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pendirian KRB diperkirakan pada pertengahan abad 9 M oleh Balaputradewa dari Dinasti Syailendra yang beragama Budha, sebagai benteng pertahanan yang strategis terhadap Rakai Pikatan. Sementara menurut buku pintar (?), kompleks KRB semula merupakan sebuah vihara yang bernama Abhayagiri. Pembangunan vihara dilakukan Rakai Panangkaran antara tahun 784 – 792 M. Pada tahun 856 M fungsinya berubah menjadi kraton dari seorang penguasa daerah bernama Rakai Walaing Pu Kumbhayoni. Beliau berusaha merongrong kekuasaan Rakai Pikatan (pemimpin masyarakat pendukung kebudayaan Prambanan), namun dapat dipatahkan oleh Putra bungsu Rakai Pikatan yang bernama Rakai Kayuwangi. Karena terdesak, Rakai Walaing Pu Kumbhayoni menyingkir dan membuat kraton yang juga berfungsi sekaligus sebagai benteng pertahanan di Bukit Boko. Sedangkan menurut legenda, KRB sering dikaitkan dengan tokoh Bandung Bondowoso dan Roro Jonggrang.

Status KRB ini secara definitif masih misterius, apakah merupakan Kerajaan atau Benteng pertahanan atau Tempat suci, semuanya belum pasti dan merupakan suatu tanda tanya?!! Nah bagi penggemar hal-hal yang berbau misterius, datanglah ke sini, siapa tau bisa membantu ngungkapin apa sich sebenarnya KRB itu?! Eh ngomong-ngomong neh, gimana kalo gapura KRB dipake untuk pertunjukan seni (tari klasik kek, drama kek, ketoprak kek, etc) pada malam hari. Trus sepanjang jalan menuju gapura ‘n di sekitar panggung/gapura dikasi penerangan lilin/obor kecil. Kira-kira bagus nda ya?!!

Gambar: Gapura Kraton Ratu Boko, by Menul

Read Full Post »

Tour de Temple: Plaosan Temple

 

Plaosan

Waktu: Selasa Pon, 7 Maret 2006, siang-siang… panas euy!!! Sebelum ke Candi Plaosan, abis dari Candi Kedulan, kami mengunjungi Candi Sari terlebih dahulu, tapi berhubung file Candi Sari-nya lom bisa dibuka, so aku tulis dulu tentang Candi Plaosan, baru Candi Sari-nya nyusul (dengan catatan kalo file-nya bisa dibuka!). Dari Candi Sari ke Candi Plaosan, ngelewatin Candi Prambanan ‘n kompleks Candi Sewu, tapi kami ngga mampir, cuma sempat ambil foto salah satu candi di kompleks tsb (aku ngga tau apa nama candinya), tentunya dari jarak jauh.

Tentang kompleks Candi Plaosan, secara administratif terletak di Dukuh Plaosan, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah. Letak secara geografis pada 7′ 44′ 32, 13″ LS (Lintang Selatan) ‘n 110′ 30’ 11, 007″ BT (Bujur Timur). Ketinggian tempat kurang lebih 163,195 m dpl. Kompleks Candi Plaosan ini terdiri dari 2 kelompok candi yaitu Kompleks Candi Plaosan Lor dan Plaosan Kidul, yang mana keduanya dipisahkan oleh jalan aspal (membentang dengan arah Timur – Barat) dan persawahan. Di sebelah Barat kompleks Candi Plaosan Kidul terdapat pemukiman penduduk Dukuh Plaosan.

Riwayat penelitian (untuk mengungkap aspek sejarah dan kepurbakalaan dalam peninggalan tsb) serta pemugaran dilakukan sejak zaman kolonial Belanda hingga saat ini. Pemugaran candi utama Selatan (Kidul) selesai tahun 1960, sedangkan candi utama Utara (Lor) selesai pada tahun 1997. Beberapa hal menarik yang berhasil diungkap antara lain:

  • Kompleks Candi Plaosan secara keseluruhan (dulu) dikelilingi parit dengan denah berbentuk empat persegi panjang 440 x 270 m, dengan lebar parit kurang lebih 10 m dan kedalaman 2,5 m. Di luar parit keliling terdapat pagar keliling berukuran 460 x 290 m.

  • 2 buah candi utama kompleks Candi Plaosan Lor merupakan bangunan kembar bertingkat (berlantai dua) dengan jumlah bilik candi yang berbeda dengan candi lain pada umumnya (kecuali Candi Sari). Masing-masing candi utama (dahulu) memiliki 6 bilik: 3 di lantai atas dan 3 di lantai bawah (catatan: mungkin (dulu) lantai tingkatnya dari bahan kayu (?) soalnya sekarang dah ngga ada. au ahh…) Tinggi bangunan candi utama 22,24 m dengan arah hadap ke Barat. Bangunan candi utama berukuran 23,12 x 15,60 m. Terdapat pintu gerbang yang menghubungkan ke-2 candi utama ini.

  • Adanya sejumlah inskripsi (prasasti pendek) pada candi-candi perwara yang menyebutkan nama-nama pejabat dinasti Mataram Kuno yang ikut membangun candi. Sebagai contoh: anumoda sang sirikan pu suryya, dharma sri maharaja, gawai sang wadingin pu panca, astupa sri maharaja rakai pikatan.

Dalam merekonstruksi latar belakang sejarah Candi Plaosan, terdapat perbedaan pendapat di antara para ahli, namun ada kesepakatan mengenai pendirian Candi Plaosan yaitu didirikan pada abad IX Masehi. Sedangkan mengenai latar belakang keagamaannya adalah Budha Mahayana, hal ini dapat dilihat dari arca-arca yang berada dalam bilik-bilik candi-candi utama, antara lain arca Bodhisatwa, Avalokiteswara, Bodhisatwa Samantabhadra, Bodhisatwa Maitreya, Bodhisatwa Sarwaniwarana Wiskabhin, Wajrapani, Dhyani Budha Manjusri (arca-arca tsb merupakan arca-arca dewa dalam agama Budha). Selain itu sifat keagamaan Budha dapat dilihat dari bentuk atap yang berupa Stupa ‘n candi perwara yang berbentuk Stupa. Stupa merupakan salah satu bangunan suci dalam agama Budha.

source: Sejarah Candi Plaosan by Drs. RM. NG. Darto Soetrisno

Oya, tambahan informasi: HTM ke kompleks Candi Plaosan Lor Rp. 1.500,-/orang. Mungkin dijumpai di beberapa bagian kompleks candi terdapat coretan-coretan berwarna putih (misal ‘X’ love ‘Y’). Jangan terkecoh!! tulisan-tulisan tsb BUKAN inksripsi, tetapi hasil dari tangan-tangan jahil oknum pengunjung yang mungkin kepingin namanya terkenal (iseng tur jail banget yach!)

Gambar: Candi Plaosan, by Menul (-hak cipta dilindungi-)

Read Full Post »

Tour de Temple: Kedulan Temple

Kedulan

Setelah puas menikmasti keindahan plus keunikan Candi Sambisari selanjutnya kami menuju sasaran ke-2 yaitu Candi Kedulan (lucu ya namanya?!). Lokasi candi di Dusun Segaran, Desa Tamanmartani (kata Menul tuch, doi khan ST banget alias Sok Tau hehehe…). Perjalanan ke sana ribet juga ngejelasinnya, masalahnya untuk urusan arah… uhhh! pusing dah. Taunya ya cuma belok kanan, kiri, terus… Apalagi daerah tempat candi ini berada bukan termasuk ‘daerah jajahan’-ku. Untuk lebih enaknya, aku merekomendasikan Menul as Tour Leader. Kalo ada yang berminat menggunakan jasanya bisa menghubungi +62818269xxx (censored). Untuk masalah orientasi lapangan, blasukan ke tempat-tempat baru, dkk, doi tu jagonya (promosi ni yee…)

Balik ke topic awal, info tentang Candi Kedulan dengan amat sangat terpaksa belum bisa disajikan di sini, karena (kalo ngga salah) candi ini termasuk ‘baru’ ditemukan. Bentuk utuh candi belum dapat dinikmati. Kalo ngga salah, pekerjaan pemugaran candi baru taraf pra pemugaran atau penyusunan percobaan ya?! Waktu kami ke sana, lokasi Candi Kedulan malah tergenang (atau digenangi?!) air. Jadi kaya’ danau gitu… Danau Kedulan! Ngga percaya?! Lihat aja fotonya. Tau ngga tulisan pada papan peringatan yang merintangi jalan ke danau tsb bunyinya “DILARANG MANCING DI SINI. MILIK PEMUDA SEGARAN” hehehe… Rupanya runtuhan Candi Kedulan ini untuk sementara waktu berubah fungsi jadi basecamp-nya, tempat kongkow-nya, ajang clubbing-nya para ikan.

Selasa Pon, 7 Maret 2006, 10.15 WIB

– Last edited: Thursday, April 19 2007 13.35 WIB –

Informasi yang aku dapat tentang Candi Kedulan (dari berbagai sumber). Menurut sistem koordinat maka Candi Kedulan ini terletak pada 07.44.33,7 Lintang Utara (LU) dan 110.28.11,1 Bujur Timur (BT), sekitar 30 km arah Barat Laut Candi Prambanan. Tepatnya di Bulak Perung, Dusun Kedulan, Desa Tirtomartani, Kalasan, Sleman, DIY (sekaligus sebagai ralat keterangan letak yang telah saya tulis sebelumnya). Tanah tempat ditemukannya situs Candi Kedulan ini merupakan tanah bengkok (tanah kas desa). Tanah ini kurang subur lantaran banyaknya kandungan pasir, sehingga tanah ini lebih dimanfaatkan sebagai lokasi penambangan pasir. Awal penemuan situs Candi Kedulan ini secara tidak sengaja ketika para penambang menggali tanah untuk urug pada kedalaman sekitar 3 m (Jum’at 4 September 1993), dan menemukan susunan batu-batu candi. Hingga kini upaya penggalian (ekskavasi) terhadap Candi Kedulan tsb masih dilakukan.

Yang menarik, dari hasil observasi geologi diketahui bahwa candi tsb terpendam oleh aliran lahar akibat letusan Gunung Merapi yang terjadi dalam beberapa periode. Dilihat dari jenis tanah yang menutupi candi tsb diketahui ada 13 lapisan sehingga diperkirakan lahar yang mengubur candi tsb berasal dari 13 kali letusan Gunung Merapi. Letusan-letusan besar Gunung Merapi sekitar abad ke-VIII hingga X telah membenamkan candi tsb. Sekilas info, bagian dasar candi berada pada kedalaman kurang lebih 7 m, sehingga di musim hujan candi tsb akan terendam air.

Data otentik berkenaan dengan latar belakang sejarah Candi Kedulan berupa prasasti ataupun naskah kuno hingga detik ini belum ditemukan. Diperkirakan candi ini merupakan peninggalan kebudayaan Hindu antara abad VIII dan X. Dilihat dari bentuk arsitekturnya, Candi Kedulan memiliki kemiripan dengan Candi Sambisari, dengan kelebihan pada seni hias (relief) nya yang lebih kaya. Tetapi bila dilihat dari segi hiasannya (relief yang ada), justru mendekati/mirip dengan Candi Ijo (yang ada di Dusun Groyokan, Sambirejo, Prambanan) dan Candi Barong (di Dusun Candisari, Sambirejo, Prambanan). Terdapat keistimewaan pada Candi Kedulan, yaitu relief Kala yang ada di candi ini. Pada umumnya candi-candi yang berada di Jawa Tengah, untuk relief Kala tidak mempunyai rahang bawah, dan sebaliknya dengan relief Kala pada candi-candi di Jawa Timur. Namun relief Kala yang ada di Candi Kedulan memiliki rahang bawah, padahal candi ini terletak di Jawa Tengah. Kemungkinan penjelasan dari hal ini adalah Candi Kedulan dibangun pada akhir periode Kerajaan Hindu Jawa Tengah, yang kemudian bergeser ke Jawa Timur sekitar abad VIII dan X.

Demikian sedikit informasi tambahan. Untuk foto Candi Kedulan akan diupload kemudian (dengan catatan kalo udah ada hehehe...). For your information, sekarang ini Yogya lagi musim hujan, jadi ngga mungkin ngambil foto Candi Kedulan. Kalopun dipaksain yang keliatan paling kaya’ gambar di atas (danau Kedulan), candinya kelelep euyy…

Read Full Post »

Tour de Temple: Sambisari Temple

sambisari

Lanjutin Tour de Temple II: Gebang Temple, yang dah terlaksana pada 5 Maret 2006. Berhubung waktu itu cuaca ngga mendukung (hujan), so.. cuma 1 candi doank yang sukses kami kunjungi. ‘n baru pada tanggal 7 Maret 2006 yang bertepatan dengan hari Selasa Pon, jam 09.50 WIB, kami (aku ‘n Menul) dikasi kesempatan jalan-jalan lagi, aseekkk…!! Cuaca cerah, malah cenderung hot… hot…hot.

Tujuan pertama, Candi Sambisari yang secara adminstratif terletak di Dusun Sambisari, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara resmi (maksudnya, pake beli ticket masuk segala gitu…, Red.) ini merupakan kunjungan kami yang ke-2. Kalo secara ngga resmi sich udah ngga inget lagi berapa kali kami lewat kompleks Candi Sambisari tsb. Yang jelas dah lebih dari 10x. Tapi ya cuma numpang lewat doank, di jalan samping kompleks percandian, sambil iseng-iseng curi pandang ke arah candi. Dengan HTM alias Harga Tiket Masuk sebesar Rp. 500,-/orang, sayang banget khan kalo obyek wisata sekaligus peninggalan sejarah sebagus ini terlewat gitu aja. Bayangin aja harga tiket masuknya tu lebih murah dari harga segelas es teh! Tapi kaya’nya (dari hasil pengamatanku tiap lewatin tu candi) emang jarang banget orang yang mau berkunjung ke situ. Bahkan ini ngga cuma terjadi di Candi Sambisari aja, candi-candi lain seperti Candi Sari, Candi Gebang, Candi Ijo, dkk, emang sepi peminat (kaciann ya…), dibandingkan dengan Candi Prambanan atau Candi Borobudur. Kalah pamor kali yee… disamping karena faktor-faktor lain (antara lain kemudahan transportasi, pengelolaan, promosi,etc). Sepinya pengunjung ini terkadang malah dimanfaatin ma ABG-ABG untuk tempat pacaran! (kebangeten banget khan… kaya’ ngga ada tempat lain aja!), apalagi kalo ngga ada penjaganya, seperti yang pernah aku lihat di Candi Banyunibo. Aku jadi berpikir, selain jadi arena pacaran kira-kira apa aja ya yang pernah dilakuin orang di tempat-tempat (candi-candi) tsb?! Cari inspirasi atau wangsit kali yee… (‘coz tempatnya emang cocok untuk itu), atau malah dijadiin tempat uji nyali Dunia Lain?! Hiii… serem…!!! (kok malah sampe sini sich ceritanya!)

Lanjut tentang Candi Sambisari, untuk mencapai lokasi candi emang agak ribet kalo ngga pake kendpri alias kendaraan pribadi (baik itu roda 2, 3, 4 atau lebih). Masalahnya ngga ada kendaraan umum yang lewat situ. Tentang Candi Sambisari ini pastilah ada sejarahnya. Tertarik?! Simak aja penjelasan di bawah, yang berhasil dirangkum dari papan informasi yang ada di sana. Sekali lagi, andalanku dalam memperoleh info seputar candi adalah papan informasi. Mungkin tahap selanjutnya (pinginnya sich…) bisa tanya langsung ke narasumber ‘n cari-cari literatur. Kapan itu?! au ahh… namanya juga masih wacana.

Informasi Singkat Seputar Candi Sambisari: pertama kali ditemukan secara ngga sengaja oleh seorang petani yang sedang menggarap lahan milik Bapak Karyoinangun, pada bulan Juli 1966. Penemuan ini, yang ternyata merupakan batu reruntuhan candi, ditindaklanjuti oleh pemerintah melalui instansi terkait (yang ngurus-ngurus masalah kepurbakalaan) dengan melakukan serangkaian penelitian, penggalian atau ekskavasi, pra pemugaran, penyusunan percobaan dan pemugaran, yang hasil dari pemugaran tsb seperti yang nampak sekarang ini dan telah diresmikan pada Maret 1987. Candi Sambisari ini merupakan kompleks percandian dengan 1 buah Candi Induk dan 3 buah Candi Perwara yang ada di depannya. Candi ini menghadap ke Barat. Pagarnya berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 13,65 x 13,65 m dengan tinggi 7,5 m. Yang menarik dari candi ini adalah tidak terdapat kaki candi yang sebenarnya, disamping itu pada selasar terdapat 12 buah batu-batu pipih dengan tonjolan di atasnya (seperti umpak), dimana 8 buah berbentuk bulat dan 4 buah berbentuk persegi. Tubuh candi induk berukuran 5 x 5 m dengan tinggi 2,5 m, di luar dinding tubuh candi terdapat relung-relung yang ditempati oleh arca Dewi Durga (relung Utara), Ganesha (Timur) dan Agastya (Selatan). Sedangkan pada kanan kiri pintu masuk terdapat dua relung yang ditempati oleh dua dewa penjaga pintu yaitu Mahakala dan Nandiswara (sayangnya… sekarang ini dua arca dewa itu udah ngga ada di posnya, capek kali jagain pintu trus). Di dalam bilik candi terdapat Yoni, dimana Cerat Yoni ini menghadap ke Utara, dan di bawah Cerat terdapat hiasan seekor naga. Di atas Yoni terdapat Lingga, dan dibawah Yoni terdapat perigi. Pada halaman pertama terdapat 8 lingga semu yang terletak pada delapan arah mata angin. Oya hampir kelupaan, keunikan lain dari Candi Sambisari ini adalah letaknya yang berada di bawah tanah (Kedalamannya menyusul yach, ngga jelas sich tulisannya… hehehe)

Berdasarkan arca-arca yang terdapat di lokasi Candi Sambisari dapat ditarik kesimpulan bahwa latar belakang keagamaannya adalah Siwaistis. Tahun pendirian candi belum dapat diketahui secara pasti, tapi ditinjau dari segi arsitektur dan jenis batu isian yang dipergunakan diperkirakan berasal dari abad IX Masehi (832 – 838 M). Pendapat ini diperkuat dengan adanya penemuan lempengan bertulisan yang berdasarkan tafsiran paleografinya, tulisan tersebut berasal dari sekitar permulaan abad IX Masehi. Mengenai siapa pendirinya juga belum diketahui dengan pasti. Berdasarkan Prasasti Wanua Tengah III tahun 908 M, terdapat nama raja-raja Dinasti Mataram Hindu dan dari daftar nama tersebut yang paling mendekati pada tahun pendirian Candi Sambisari adalah Rakai Garung (memerintah pada tahun 820 – 846 M). Tentu aja dengan catatan bahwa tidak semua candi didirikan oleh raja yang memerintah.

Udah dapat sedikit gambaran tentang candi ini khan?! Sukurlah… ngga sia-sia tuch pengorbanan si papan yang rela berdiri bertahun-tahun tanpa kenal lelah memberikan informasinya demi mencerdaskan anak-anak bangsa khususnya yang masih peduli ma hal-hal semacam ini (peninggalan sejarah dan sejenisnya).

Gambar: Candi Sambisari by Menul (dok. pribadi -hak cipta dilindungi-)

Read Full Post »

Tour de Temple: Gebang Temple

Candi Gebang

Minggu 5 Maret 2006 10.09 WIB
Untuk ke-2 kalinya aku ‘n my best friend, Menul, ngadain Tour de Temple. Yang pertama kali (aku lupa tepatnya), aku lom kepikiran untuk nge-record semua hal yang ada kaitannya ma Tour de Temple tsb. Ngga ada catatan tentang perjalanan dsb, tapi untungnya sempet photo-photo walaupun ngga banyak. Nyesel juga sich, kenapa ngga dari dulu ide untuk mencatat semua hal tentang candi-candi yang kami kunjungi muncul di pikiran kami. Padahal khan lumayan juga tu, itung-itung sekalian belajar sejarah.

Nha kali ini aku ngga mo ngulang kesalahan yang sama, dengan modal kamera pinjaman (punya kk) dan alat tulis (notes plus ballpoint), berangkat dech ke sasaran pertama, Candi Gebang. Kebetulan lagi bete di kost, daripada jalan-jalan yang ngga jelas juntrungannya mendingan jalan-jalan ke candi. Candi Gebang dipilih sebagai tujuan pertama karena waktu Tour de Temple I kami lom sempat ngunjungi candi ini. Padahal tempatnya ngga jauh-jauh amat, tepatnya di Desa Gebang, Kelurahan Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (tuch komplet khan…!)

Ini sekilas info yang aku dapat (dari papan petunjuk) tentang Candi Gebang, simak aja… (kalo tertarik sich!). Candi ini pertama kali ditemukan oleh penduduk setempat pada bulan November 1936, berupa sebuah arca Ganesha. Setelah diteliti oleh Dinas Purbakala ternyata arca ini merupakan suatu bagian dari keseluruhan bangunan candi (yang waktu ditemukan/dilakukan penggalian, berupa reruntuhan bangunan terdiri dari atap candi, sebagian tubuh candi dan sebagian kaki yang masih utuh). Setelah dilakukan susunan percobaan, kemudian dilakukan rekonstruksi pada th. 1937 – 1939 dibawah pimpinan Prof. Ir. F.R. Van Romondt.

Bentuk bangunan candi berupa bujur sangkar dengan dimensi 5,25 x 5,25 m, tinggi 7,75 m. Candi ini tidak mempunyai tangga masuk (diduga candi ini dibangun tidak untuk dimasuki), atau mungkin tangga masuk tsb terbuat dari bahan lain yang mudah rusak (bukan batu), sehingga tidak pernah ditemukan, justru hal ini menjadi salah satu keistimewaan dari Candi Gebang. Keistimewaan lain yaitu titik pusat candi bertepatan dengan titik pusat halaman candi. Di dalam tubuh candi terdapat bilik dengan arah hadap ke Timur, yang didalamnya terdapat Yoni (waktu aku lihat, tu Yoni ngga ada, mungkin dah dipindah ke tempat yang aman, atau diamankan oleh orang yang ngga bertanggung-jawab). Di kanan kiri pintu masuk terdapat relung yang berisi arca Narahiswara (aku ngga yakin ini arca asli, abis kaya’nya meragukan sich. Bagian kepala hilang, dan kelihatan ada besinya, disamping itu warna batuannya juga beda ma batuan candi yang asli), trus relung satunya harusnya berisi arca Mahakala (tapi arca tsb ngga ada ditempatnya, ngumpet kali…). Relung sisi Utara dan Selatan dalam keadaan kosong, dan di sebelah Barat terdapat relung yang berisi arca Ganesha. Pada bagian puncak terdapat Lingga (berbentuk silinder) yang berada di atas hamparan seroja. Di halaman ditemukan lingga semu yang berada di ke-4 sudutnya.

Latar belakang pendirian Candi Gebang belum diketahui secara pasti, yang jelas candi ini berupa candi Hindu (diketahui dari adanya lingga, yoni dan arca Ganesha) dan kemungkinan didirikan oleh salah seorang raja dari Wangsa Sanjaya. Berdasarkan bentuk kaki candi dengan proporsi tinggi serta bangunan candi yang tanpa relief (polos), menunjukkan candi ini berasal dari periode yang tua kurang lebih 730 – 800 M.

Demikian sekilas laporan perjalanan (Tour de Temple II – Candi Gebang). Moga aja ada manfaatnya, paling ngga buat aku sendiri gitu lohhh… jadi bertambah pengetahuannya, khususnya pengetahuan Sejarah. Sebenernya abis dari Candi Gebang, kami mo lanjutin lagi ke candi-candi yang lain, tapi cuaca kurang mendukung (mendung, malah dah mulai gerimis), jadi kami putusin untuk menunda dulu. Mungkin lain waktu (Insyaallah…) dilanjut lagi, soalnya banyak juga candi ataupun tempat-tempat bersejarah lainnya yang belum sempat kami kunjungi. Ciaooo…!!!

Special thanks to papan informasi yang udah memberikan begitu banyak informasi mengenai Candi Gebang ini. Yakin dech, kalo ngga ada ni papan, aku juga ngga tau apa-apa tentang ni candi. Soalnya waktu dulu masih sekolah ngga ada pelajaran yang ngejelasin tentang candi-candi (secara mendetail) sich (aku ngga tau kalo sekarang ada ngga’ ya?!).

Gambar: Candi Gebang, by Menul (-hak cipta dilindungi-)

Read Full Post »