Aku ‘n Menul berkesempatan dolan ke Kraton Ratu Boko pada tahun 2005, tepatnya tanggal…. (eh lupa neh, ntar dech diliat dulu). Udah lama sich, tapi baru sempet ditulis sekarang. Kalo ngga salah, sebelum ke Kraton Ratu Boko ini kami sempat mampir ke Candi Kalasan (ini juga lom sempat ditulis) ‘n ke Candi Sambisari, so… nyampe di Kraton Ratu Boko (selanjutnya disingkat KRB -Red-) dah siang hari bolong gitu. Mana jalan dari loket pembelian tiket ke kompleks KRB lumayan jauh ‘n hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki ‘coz berupa undak-undakan (step-step tangga) yang walaupun ngga curam but cukup bikin cape’. Ma’kanya lebih baik bawa bekal, biar kalo cape’ bisa istirahat dulu sambil makan/minum + menikmati pemandangan. Sekilas info, kompleks KRB ini berdiri di atas sebuah bukit. ‘n lagi-lagi sekilas info, HTM-nya (Harga Tiket Masuk) kalo belom naik sich.. Rp. 7.000,-/orang. Lebih mahal neh dibandingin HTM ke Candi Sambisari yang cuma Rp. 500,-/orang!!
Eh lanjut lagi yach… pertama memasuki kompleks KRB disambut oleh gapura yang megah. Menurutku bangunan inilah daya tariknya, soalnya bangunan-bangunan yang lain kurang dapat dinikmati keindahannya karena bentuk fisiknya kurang mendukung atawa tidak mencerminkan/memberikan gambaran yang sebenarnya (cuma berupa reruntuhan sich!). But it’s OK, dengan lingkungan alam yang boleh dibilang masih jauh dari jangkauan polusi, setidaknya dengan jalan-jalan ke kompleks KRB ini bisa bikin kita lebih fresh. Lagian, disini kita bisa melatih daya imajinasi kita lohh…! Coba aja liat ke puing-puing or bekas-bekas Keputren ‘n bayangkanlah di situ benar-benar ada Keputren dengan putri-putri yang cuantik-cuantikk, Woww!! Atau tengoklah bagian Pendapa ‘n lagi-lagi bayangkanlah… hehehe. Pokoknya bayangkan… bayangkan… ‘n bayangkan! (kek lagunya Padi ajah)
Oiya, ni ada sedikit info tentang KRB yang aku dapat dari buku “Sejarah Kraton Ratu Boko” by Drs. R.M. NG. Darto Soetrisno. Check it out…! hehehe… KRB terletak kurang lebih 3 km ke arah Selatan dari Percandian Prambanan. Berdiri di atas Bukit Kidul yang merupakan kelanjutan dari Pegunungan Seribu. Perbukitan ini mempunyai ketinggian 199,97 m dpl. Luas situs sekitar 169.898 meter persegi yang terletak di wilayah 2 desa, yaitu Desa Dawung ‘n Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pendirian KRB diperkirakan pada pertengahan abad 9 M oleh Balaputradewa dari Dinasti Syailendra yang beragama Budha, sebagai benteng pertahanan yang strategis terhadap Rakai Pikatan. Sementara menurut buku pintar (?), kompleks KRB semula merupakan sebuah vihara yang bernama Abhayagiri. Pembangunan vihara dilakukan Rakai Panangkaran antara tahun 784 – 792 M. Pada tahun 856 M fungsinya berubah menjadi kraton dari seorang penguasa daerah bernama Rakai Walaing Pu Kumbhayoni. Beliau berusaha merongrong kekuasaan Rakai Pikatan (pemimpin masyarakat pendukung kebudayaan Prambanan), namun dapat dipatahkan oleh Putra bungsu Rakai Pikatan yang bernama Rakai Kayuwangi. Karena terdesak, Rakai Walaing Pu Kumbhayoni menyingkir dan membuat kraton yang juga berfungsi sekaligus sebagai benteng pertahanan di Bukit Boko. Sedangkan menurut legenda, KRB sering dikaitkan dengan tokoh Bandung Bondowoso dan Roro Jonggrang.
Status KRB ini secara definitif masih misterius, apakah merupakan Kerajaan atau Benteng pertahanan atau Tempat suci, semuanya belum pasti dan merupakan suatu tanda tanya?!! Nah bagi penggemar hal-hal yang berbau misterius, datanglah ke sini, siapa tau bisa membantu ngungkapin apa sich sebenarnya KRB itu?! Eh ngomong-ngomong neh, gimana kalo gapura KRB dipake untuk pertunjukan seni (tari klasik kek, drama kek, ketoprak kek, etc) pada malam hari. Trus sepanjang jalan menuju gapura ‘n di sekitar panggung/gapura dikasi penerangan lilin/obor kecil. Kira-kira bagus nda ya?!!
Gambar: Gapura Kraton Ratu Boko, by Menul