Sementara sedikit informasi yang aku tau tentang ni candi adalah letaknya, yaitu di Selatan Dusun Cepit, Desa Bokoharjo yang termasuk dalam Kecamatan Prambanan ‘n Kabupaten Sleman Propinsinya pastilah Daerah Istimewa Yogyakarta!
Ini dia sedikit informasi tentang Candi Banyunibo. Karena males kesana lagi, akhirnya aku cari-cari lewat internet ‘n ketemu dech di GudegNet.
Waktu pertama kali ditemukan, candi ini dalam keadaan runtuh. Kemudian diteliti dan mulai digali pada tahun 1940-an. Susunan bangunan candi belum diketahui secara pasti, tetapi dari bagian-bagian yang tampak diperkirakan candi Banyunibo terdiri dari satu candi induk yang menghadap ke Barat dan dikelilingi 6 (enam) candi perwara berbentuk stupa yang disusun berderet di Selatan dan Timur candi induk. Ukuran masing-masing fondasi stupa hampir sama, yaitu 4,80 x 4,80 m. Di sebelah Utara candi induk, terdapat tembok batu sepanjang kurang lebih 65 m yang membujur arah Barat Timur. Berdasarkan bentuk atap candi induk dan bentuk candi perwara yang berupa stupa, maka latar belakang keagamaan Candi Banyunibo adalah Buddha, dan diperkirakan berasal dari abad IX.
Untuk candi induk berukuran 15,325 x 14,25 m dengan tinggi 14,25 m. Tubuh candi berukuran lebih kecil dari kakinya, sehingga di sekeliling tubuh terbentuk lorong yang disebut selasar (berfungsi sebagai lorong untuk mengelilingi candi). Kaki candi mempunyai ketinggian 2,5 m dibangun di atas lantai batu. Pada masing-masing sudut kaki candi dan di bagian tengah masing-masing sisi kaki candi (kecuali sisi sebelah Barat) terdapat hiasan berupa Jaladwara yang dipasang di lantai atas kaki candi dan berfungsi sebagai saluran air hujan. Di sisi Barat candi terdapat penampil dengan tangga di tengahnya, berfungsi sebagai jalan masuk atau pintu menuju bilik candi. Pada dinding penampil sebelah kanan (Utara) terdapat relief seorang wanita dalam sikap duduk, kaki kiri ditekuk ke atas dan kaki kanan dalam posisi sila. Tangan kanan menumpang di pupu dan tangan kiri menimang anak kecil. Disekelilingnya terdapat anak-anak kecil mengerumuni wanita tsb. Relief tersebut menggambarkan Hariti, Dewi Kesuburan dalam agama Buddha. Pada dinding sebelah Selatan terdapat relief yang menggambarkan seorang tokoh laki-laki. Relief tsb sudah rusak, tinggal tersisa bagian tangan kirinya. Di sebelah kirinya ada seorang pengiring (pariwara) dalam sikap duduk ‘ardha paryangka’. Tangan kanan di atas pupu kanan, tangan kiri bersikap seolah-olah melindungi kantong besar. Dengan melihat ciri yang ada pada relief tsb diperkirakan menggambarkan Dewa Kurawa yang merupakan Dewa Kekayaan dalam agama Budha. Tetapi ada juga yang menggambarkan relief tsb sebagai Vaisaravana (suami Dewi Hariti). Pada dinding luar tubuh candi terdapat arca Boddhisatva. Pada dinding bilik sisi Utara, Timur, dan Selatan terdapat relung-relung yang menonjol dan berbingkai dengan hiasan bebentuk kala-makara untuk menempatkan arca. Pada kaki candi sendiri terdapat hiasan (relief) berupa tumbuh-tumbuhan yang keluar dari pot bunga, juga pahatan tokoh-tokoh yang belum diketahui identitasnya, hiasan kala-makara dan relief antefix-antefix. Hiasan pada atap candi tidak terlalu banyak. Dari luar nampak bahwa bagian bawah atap candi berbentuk daun bunga padma, dan diatasnya diletakkan punak atap yang berbentuk stupa.
mbak skrinsyut ABG pacarannya mana? eh dulu aku masuk sana gratis kok, tapi bukan untuk pacaran lho… 😀
hohoho… daripada skrinsyut ABG pacaran, lebih menarik skrinsyut candinya, ya tho?!
jane aku yo pingin masuk ke sana lagi kang, tapi males klo ktemu orang pacaran. lha di mana-mana liatnya orang lagi pacaran mulu. di candi barong, di gua sentono, di candi prambanan dll… 😀
Gue pernah ke Candi Banyunibo dua kali, pertama acara jelajah situs “pengakraban” (istilah ini digunakan untuk menghapus kesan serem Opspek) mahasiswa jurusan sejarah UNS Angkatan ’95. Kedua, kuliah lapangan pengantar arkeologi satu tahun kemudian. Selain Banyunibo di sekitar situ ada Candi Barong, Ijo, Ratu Boko, dan Miri (dalam keadaan puing-puing).
Di sekitar daerah itu masih banyak peninggalan arkeologis yang berupa arca atau candi yang udah terdata namun belum terpelihara, alias masih dibiarkan berserakan.
Oh ya, waktu itu gue dan temen-temen kemah di watu gilang. Gak terasa udah lebih dari sepuluh tahun, gue jadi kangen ama temen-temen kuliah ya gak tau pada ke mana.
ralat ya…kayaknya yang bener bukan dewa kurawa tapi kuwera alias dewa kekayaan makanya dia berpose seolah2 melindungi kantong uang.
tambahannya bu..
http://www.borobudur.tv/banyunibo.htm
Bagus, tp mana postingannya lagi?